Kamis, 11 Desember 2014

KISAH MENGHARUKAN SEORANG ISTRI YANG DIMADU

04 December 2013 - Kategori Blog KISAH MENGHARUKAN SEORANG ISTRI YANG DIMADU
Cerita ini adalah kisah nyata dari sahabatnya sahabatku, yang tidak ingin disebutkan nama aslinya. Ia memintaku untuk menuliskan perjalanan cintanya dalam sebuah cerita. Semoga ini juga menjadi pembelajaran untuk kita semua dan bisa memetik hikmah dari sebuah peristiwa, walau pengalaman yang datang dari orang lain.
Cinta adalah sesuatu yang lembut dan halus. Mencintai dan dicintai adalah keinginan setiap orang, karena dengan saling mencintailah kebahagian itu akan tercipta. Mencintai tapi tak dicintai, adalah hal yang wajar karena cinta adalah perasaan yang tidak bisa dipaksa. kebahagiaan tak akan terasa ada jika terjalin dari keterpaksaan.
Tapi, bagaimana jika dua insan saling mencintai tetapi salah satunya tersakiti? Masihkah itu bisa disebut dengan cinta? Silahkan anda temukan jawabannya dalam kisah cinta di bawah ini. … selamat membaca ….
Kisah cinta ini berawal ketika aku mengenalnya lewat memori hujan di sudut kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Setelah pulang kerja, aku terdesak untuk mengikuti mata pelajaran tambahan di kampus. Tetapi naas, motor yang kukendarai dengan kecepatan tinggi jatuh terhempas di jalanan membuatku tak sadarkan diri. Entah bagaimana akhirnya, wanita itu membawaku ke rumah sakit terdekat.
Tiga hari aku dirawat di sana, dia lah yang menjagaku, karena aku sebatang kara di kota itu. Keluargaku ada di kota sebelah, orang tuaku asli
warga Banjarmasin dan menetap di sana. Sementara, aku kuliah di Palangkaraya sebagai anak kost dan bekerja di Pall Mall sebagai kasir.
Meskipun sebenarnya aku anak orang berada, tetapi aku lebih memilih hidup mandiri. Kuliah dari hasil pekerjaanku sendiri serta bantuan beasiswa yang kuterima dari Universitas Palangkaraya. Aku ingin jadi lelaki mandiri agar kelak bisa berdiri tanpa bergantung pada orang lain, terutama pada orang tuaku sendiri.
“Lize” nama wanita itu. Senyumnya menggetarkan jiwaku. Wajahnya cantik, secantik hatinya. Satu kata mulai terlahir dari hatiku yang mungkin terlalu cepat. Aku jatuh cinta padanya, saat pertama kali melihatnya. Gadis cantik itu bernama, Lize Kristiani. Keturunan Chines yang memilik wajah oriental suku Dayak Palangka.
Setelah kami saling berkenalan dan bertukar nomer hp aku sangat terkejut, ternyata dia seorang mahasiswi yang satu kampus denganku. Kondisiku yang belum sembuh betul karena luka yang cukup serius membentur tulang kakiku masih terasa pedih kurasakan, membuatku harus dituntun sampai ke dalam mobil. Lize, mengantarku sampai tempat aku kost ke jalan Krakatau.
Mulai saat itu, aku selalu merasa berhutang budi padanya.
Setiap hari, kami selalu pulang dan pergi ke kampus bersama. Pertemanan kami berakhir dengan berawalnya kisah cinta. Aku tak dapat menghindari perasaan ini, semakin aku menjauh darinya, semakin hatiku sakit.
Aku telah terpanah busur cintanya, walau sudah beberapa kali kupikirkan untuk menjauhinya, ternyata hanya membuat hatiku semakin terluka. Akhirnya, kuputuskan untuk kuteruskan saja cinta ini. Walau kutahu, aku telah salah memilih tambatan hati. Aku seorang Muslim, dan dia seorang Kristen.
Lize. Dia sangat mencintaiku, seperti itu pula cintaku padanya. Cinta ini lahir begitu saja tulus dari hati, sampai tak ada wanita lain yang bisa menggeser posisinya di hatiku. Sekian lama kebersamaanku dengannya, keluarganya pun turut merestui hubungan kami.
Mereka juga tahu, kami dari agama yang berbeda. Sudah hampir empat tahun cinta kami terjalin, sudah lebih sepuluh kali aku membujuknya memeluk agama Islam. Tapi, sudah sepuluh kali juga tiap aku memintanya untuk meninggalkan agamanya, dia malah memilih untuk memutuskan jalinan cinta yang kami bina. Semua itu membuat aku sangat terpukul.
Pernah satu kali dia memutuskan cinta, lalu meninggalkanku seminggu ke Jakarta, hatiku sungguh sangat terluka. “Padahal hanya seminggu” Aku, seperti orang gila yang terlihat normal. Tak ada satu orang pun yang bisa membuatku tersenyum.
Teman-temanku yang berusaha menghiburku dengan menghadirkan wanita lain di hadapanku juga tak ada gunanya. Baru kusadari cintaku pada Lize bukanlah cinta biasa.
Aku, kembali merasakan butir-butir kebahagiaan setelah ia ada di hadapanku, datang membawakan segelas lemon tea dan nasi rawon kesukaanku. Dia tahu, aku selalu telat makan. Lize menyuapiku tanpa bicara sepatah kata pun. Airmata mengalir di pipiku meruntuhkan derajat kelelakianku, tapi aku tak peduli itu. Aku pun memeluknya dengan sangat erat dan meminta maaf padanya.
“Rifky, aku mencintaimu, tapi aku tak pernah memaksamu untuk meninggalkan Tuhanmu” matanya berkaca-kaca memandangi wajahku dengan sendu.
“Maaf kan … aku … Ay … ( panggilan kesayanganku untuknya) aku janji tidak akan mengulangi hal bodoh ini lagi. Aku mencintaimu, kumohon jangan pernah tinggalkan aku lagi.”
Kuliah selesai, dan kami pun mengadakan Wisuda. Lize memintaku untuk segera melamarnya, aku pun tak menolak untuk hidup bersamanya. Aku pulang ke Banjarmasin dan berjanji akan kembali datang untuk melamarnya, setelah mendapatkan pekerjaan tetap.
Tetapi, masalah besar justru hadir setelah kepulanganku. Cintaku ditentang keras oleh orang tuaku. Ayah dan Ibuku ternyata telah menyiapkan jodoh untukku, yaitu putri sahabat Ayah seorang gadis muslimah dari Martapura, Kalimantan Selatan.
Wanita salehah yang juga cantik rupanya itu bernama, Ikhma. Aku tidak tertarik dengan wanita keturunan gadis Banjar-Arab itu. Bagaimana mungkin aku akan bahagia nantinya, jika aku harus menikah dan hidup bersama dengan wanita yang sama sekali tidak aku cintai?
Aku tak berdaya menolak paksaan kedua orang tuaku ,untuk segera menikah dengan Ikhma. Aku juga tak punya kekuatan untuk terlepas dari kuatnya cinta pada wanita pertama yang hadir di hidupku. Lize, dialah wanita yang menorehkan cinta teramat dalam di hatiku, yang menyesakan dadaku dengan menghadirkan kenangan manis yang selalu membuat aku rindu.
Wanita yang sering membuatku menangis karena takut kehilangan cintanya. Bagaimana mungkin aku bisa terlepas begitu saja untuk meninggalkannya? Sementara hatiku telah terkurung dalam penjara cintanya. Empat tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menyayangi seseorang dalam kebersamaan, lantas melepaskannya begitu saja. Tentunya bukan hal yang mudah untuk kehilangan orang yang teramat dicintai.
****
Rasa berdosa kepada pengantin wanita di sebelahku, dan kepada wanita yang sedang menungguku terus memburu ke dalam hatiku. Kusebut nama yang salah dalam proses ijab kabul, yang akhirnya diulang berkali-kali membuat Ikhma nampak kecewa kepadaku.
Hatiku haru biru. Kesekian kalinya aku mendapat bimbingan, akhirnya kata sah keluar dari saksi kedua mempelai. Ikhma, dia resmi menjadi Istriku.
Setelah selesai shalat Isya berjamaah. Tak ada malam pertama setelah kami menikah, aku berdalih tak enak badan pada Ikhma. Padahal malam pertama, adalah malam terindah yang selalu dinantikan sepasang pengantin muda. Tapi tidak bagiku, pedih dan sedih mengumpat di dadaku. Ikma buatkan aku secangkir teh hangat dan membujukku untuk makan, aku menolak. Bahkan, aku tak meminum sedikit pun teh yang disiapkannya untukku hingga dingin.
Malam-malam selanjutnya kulakukan tugasku sebagai suami, meskipun saat melakukannya yang kubayangkan hanya wajah Lize. Wajah itu selalu membayang-bayangi di setiap hariku. Aku yang sebenarnya periang dan penyayang. kini berubah menjadi pribadi yang pendiam dan tertutup. Di rumah aku hanya bicara seperlunya, dan sekarang aku menjadi seorang lelaki yang mudah marah, walau aku tak pernah memukul wanita.
Sedikit saja Ikhma berbuat salah, aku selalu memakinya, memarahinya dengan meledak-ledak dan mengeluarkan kata-kata kasar. Kalaupun dia tidak salah, aku selalu berusaha mencari-cari kesalahannya.
Berulang kali kucoba ingin menceraikannya, selalu tak ada kekuatan untuk melakukannya. Tak ada dukungan dari siapapun, selain hatiku sendiri yang menentang. Pastinya orang tua dan keluargaku akan marah, karena mereka menganggap Ikhma wanita terbaik untuk hidupku dan masa depanku.
Meskipun Ikhma sering mendapatkan perlakuan yang tak enak dariku, ia selau sabar menghadapi tingkahku, walau ia tak mendapatkan hak nya sebagai seorang istri.
Setiap kali aku menghubungi Lize via telpon hatiku terasa sangat sakit, karena banyak kebohongan-kebohongan tercipta setelah aku menikah. Aku, yang sebenarnya telah bekerja di perusahaan besar di Banjarmasin dengan jabatan yang cukup tinggi, mengaku belum mendapatkan pekerjaan tetap. Sehingga, aku belum bisa menemui Lize ke Palangka untuk memenuhi janjiku yang tertunda, yaitu menikahinya.
Ikhma, sebenarnya ia wanita yang baik dan cantik, tapi hatiku tak pernah tergerak untuk mengakuinya sebagai istri. Sebelum berangkat ke kantor, Ikhma selalu menyiapkan segala keperluanku. Mulai dari menyiapkan makan, sampai memakaikan sepatu dan jasku. Terkadang, ia juga menyelesaikan tugas-tugas kantor yang belum sempat kuselesaikan.
Sebelum berangkat kerja ia selalu mencium tanganku dengan lembut, tapi aku tak pernah mengecup keningnya. Aku tahu, ia sangat mengharapkan kelembutan hatiku, merindukan sentuhan hangat juga merindukan kecupan kasih sayang dariku. Layaknya wanita lain yang mendapatkan kemesraan dari setiap pasangannya.
Sewaktu makan siang pun, ia selalu mengantarkan rantang makanan nasi rawon kesukaanku, walau tak pernah kusentuh masakan itu. Saat pulang kerja, aku tak pernah tersenyum menemui istriku yang membukakan pintu dengan dandanan yang cantik, bahkan sudah menyiapkan air hangat untuk mandi sore beserta baju gantiku.
Pahitnya, hatiku tak pernah tersentuh. Yang kutahu, apa yang ia lakukan untukku selalu salah di mataku. Aku, tak bisa membedakan mana yang hitam dan putih lagi., yang kutahu, ia selalu salah dan salah. Walau pun ia benar, di mataku ia tetap salah.
Lize. Aku pun tak punya pilihan lain. Dia, mengancam akan meninggalkanku, bila tidak segera menikahinya.
***
Tak ada wanita yang ingin dimadu, tapi tak ada juga lelaki yang ingin hidup satu atap dengan wanita yang tak pernah dicintai. Setiap kali aku memaksa diri untuk belajar menerima Ikhma dalam hidupku, namun apalah daya cinta itu tak pernah terasa ada.
Terluka dan terluka, itulah rasa yang telah tertoreh di dalam hatiku. Hanya sakit yang mengganjal didadaku, saat cinta bicara dengan orang yang salah bukan dari pilihan hati. Akhirnya aku harus berbohong pada Ikhma, akan ada tugas keluar kota untuk dua bulan ke depan untuk rencana pernikahan keduaku.
”Kuputuskan untuk menikahi Lize dengan cara Islam, walau pun aku telah melanggar hukum dan syariat Islam di dalamnya. Aku juga mengetahui larangan Allah dalam Firman-Nya: ..
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik hingga mereka beriman (masuk islam). Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walau pun ia menarik hatimu.
Dan janganlah kamu menikahkan wanita orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) hingga mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik meskipun ia menarik hatimu (Qs : Albaqarah :221).
Benar kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat akan terjatuh juga.
Dua bulan berlalu, aku kembali ke Banjarmasin bukan karena Ikhma, tapi karena tanggung jawab pekerjaanku. Setelah empat bulan kepulanganku dari Palangka, Lize datang ke rumahku dan bertemu dengan keluarga serta istriku. Ia datang sebagai istri keduaku yang tidak hanya sendiri, tapi dengan jabang bayi yang ada di rahimnya hasil buah cinta kami.
Lize sempat pingsan dua kali saat aku mengakui kebohonganku, bahwa Ikhma adalah istri pertamaku. Aku membopongnya tubuhnya yang tak sadarkan diri ke kamar. Saat aku dihakimi oleh keluargaku dan istri keduaku, kulihat Ikhma lah yang paling tegar.
Tak ada setitik air mata mengalir di wajah sendunya, malahan ia sibuk menenangkan ibuku yang tak henti menangis dan memakiku. Padahal aku tahu, pasti dia lah orang yang paling terluka hatinya kala itu.
“Ay, bangun ay … ” Aku menyodorkan segelas air putih dan meminumi Lize yang mulai sadar. Kugenggam erat tangan Lize sambil memeluk erat tubuhnya. Aku tahu, Lize akan marah besar padaku saat ia tersadar nanti, karena aku membohonginya selama ini. Aku sama sekali tidak mempedulikan Ikhma, yang memanadangiku di balik pintu kamar dengan air mata yang menggenang di sudut matanya dari wajahnya nampak kelam dan suram.
Setelah Lize sadar, ia menangis menghambur ke pelukanku sekaligus memukul-mukul dadaku. Dalam pelukanku, kutenangkan ia agar berhenti menangis. Kusuapi ia, agar mau makan. Kubujuk Lize, untuk bisa memaafkanku. Kuceritakan semua yang terjadi dengan sebenar-benarnya, bahwa pernikahanku dengan Ikhma bukanlah keinginanku.
Lize, ia menerima kenyataan itu pastinya juga dengan hati yang sangat terluka. Malam itu, aku tidur dengan Lize. Sementara, aku tidak tahu Ikhma tidur di kamar mana. Yang kutahu, ia tidak mau kukembalikan pada orang tuannya.
Hidup satu atap dengan dua wanita bukanlah hal yang mudah, apalagi ada orang tuaku yang selalu menyertai di dalamnya. Kesukaran demi kesukaran terjadi. Orang tuaku yang menentang cintaku, terutama ibu, yang selalu menyalahkan Lize sebagai perebut suami orang. Dan konyolnya, ibu percaya kalau aku telah terkena guna-guna (ilmu hitam) dari Lize, gadis keturunan Suku Dayak asli sehingga aku tak pernah bisa melepaskannya.
Lize, ia diperlakukan orangtuaku dengan tidak adil. Seperti apa yang kulakukan kepada Ikhma, begitu juga yang dilakukan orangtuaku pada Lize. Aku mengancam Ibu akan keluar dari rumah, jika tidak menghormati Lize sebagai istriku. Tentunya Ibu tidak akan rela jika aku meninggalkannya, karena aku anak satu-satunya.
Tetapi, ibu juga membuat hatiku risau. Ibu mengancamku tak akan memaafkanku, jika aku tidak membagi cintaku dengan adil kepada dua istri yang keduanya masih sah sebagai istriku.
Terutama istri pertamaku, yang selama ini kusia-siakan. Ini hal yang tersulit yang harus kuhadapi. Tak ada wanita yang ingin digilir cintanya, apalagi dengan keadaan Lize yang sedang hamil muda.
Malam keempat, saat aku seranjang dengan Ikhma, aku tak dapat tidur. Bayanganku ada pada Lize yang berbaring di kamar sebelah. Mungkin ia sedang menangis atau kedinginan, karena tak ada aku di sampingnya menyelimuti tubuhnya, membelai rambutnya dan mencium keningnya sebelum tidur, hal yang tak pernah kulakukan pada Ikhma.
Aku juga tidak tahu wanita mana yang paling terluka hatinya. Di antara dua wanita ini hanya satu cinta yang kupunya, tentunya untuk Lize. Entah kapankah, aku akan bisa menjadi suami yang adil.
“A, aku rela kau madu dan membagi cintaku , asal jangan kau ceraikan aku …”
Ikhma memohon di hadapanku dengan airmata yang tak dibuat-buat. Aku hanya tertegun mendengar kata-kata itu, rasanya hatiku hampa sekali. Tak ada jawaban dariku, karena aku memang tak ingin menjawabnya. Dan untuk kesekian kalinya, kutorehkan luka di dadanya dengan caraku yang tak pernah lembut memperlakukannya.
Bahkan, aku lebih sering tidur dengan Lize dari pada dengan Ikhma, jika tak ada orang tuaku di rumah.
Pada malam selanjutnya yang dulunya tak pernah kukehendaki terjadi juga. Karena saat itu orang tuaku ada di rumah, aku pun haus bersikap lembut kepada Ikhma. Harusnya aku hanya tidur dengan Ikhma malam itu, tapi karena Lize mengatakan ia sedang tak enak badan, ia pun meminta untuk tidur bertiga di dalam kamar Ikhma, aku pun tak dapat menolak.
Kulihat Ikhma memalingkan tubuhnya, setelah aku mengecup kening Lize di hadapannya. Aku baru bisa tertidur, setelah Lize ada di sebelah kiriku sambil menenangkanku. Seperti biasa, setiap lewat dari jam satu malam menuju dini hari, Ikhma shalat tahajud.
Entah do’a apa yang ia minta pada Allah, sampai air matanya menetes di pipi. Kudengar samar-samar, ia inginkan agar aku bisa mencintainya dan memberi kasih yang sama, seperti orang ketiga yang hadir dalam cinta kami.
Wanita yang telah kusakiti untuk kesekian kali, malam itu bagai terlahir seperti bidadari surga, walau aku mulai tak mengerti dengan perasaanku. Entah dari mana datangnya, hatiku mulai tersentuh dengan cintanya. Malam itu, aku menggaulinya dengan sepenuh hatiku. Kupandangi wajahnya yang teramat cantik malam itu dengan rasa kasih yang luar biasa.
“Mamah … kau terlihat sangat cantik malam ini sepertinya … aku … telah … jatuh hati … padamu …”
“Katakah sekali lagi A … aku ingin mendengarnya..”
“Mamah, Kau … terlihat … sangat … cantik … malam ini … dan sepertinya … aku …”
Tak dapat kuteruskan kata-kata itu, mungkin karena hatiku agak sedikit tabu untuk mengakuinya. Ikhma menangis bahagia karena terharu, walau aku tak dapat meneruskan kata-kata selanjutnya.
Dan aku tahu, ia sangat ingin mendengar aku melanjutkan kata-kata itu, tapi aku tak bisa. Lidahku terasa kelu, urat leherku terasa kaku, tapi kata-kata itu memang tulus dari hatiku, walau pun sebelumnya aku tak dapat tidur karena terus memikirkan wanita keduaku.
Lize, ia tahu aku tidak hanya sekedar tidur dengan Ikhma, membuatnya sangat cemburu. Seakan, ia tak dapat menerima dan tak sanggup lagi hidup denganku.
Pagi tiba. Lize, memasukan baju-bajunya ke dalam koper. Aku merasa terpukul sekali. Aku membujuknya untuk tetap bersamaku sambil meminta maaf, aku juga menjelaskan padanya, apa yang telah aku lakukan tadi malam hanyalah sebuah kekhilafan yang terjadi di luar kendaliku.
Aku makin jadi serba salah, Ikhma menangis mendengar kata-kataku, bahwa tadi malam yang kami lakukan hanyalah suatu “kekhilafan.” Dan baru kali ini, aku juga peduli pada Ikhma.
Aliran darahku seakan berhenti, saat Lize meminta aku menceraikannya dan ia akan menggugurkan anakku yang ada di dalam kandunganya. Ia merasa sudah tak tahan hidup denganku, dengan cinta yang tak adil untuknya. Ikhma menuntun Lize masuk ke dalam rumah, untuk bicara baik-baik bertiga.
Karena hari itu hari Minggu, hanya ada kami bertiga di rumah. Aku sedang libur kerja, sementara orang tuaku telah berangkat ke luar kota setelah shalat subuh.
” Lize, jangan kau tinggalkan Mas Rifky, karena ia tak bisa hidup tanpamu …,”
“Mungkin kau bisa tegar menghadapi semua ini, tapi aku tidak ! Kau, telah merebut ia dariku. Aku sangat benci padamu ,Ikhma. Juga padamu, Rifky. Mengapa harus ada anak ini di rahimku, sementara kau sakiti aku dengan cintamu”
Lize menangis dengan emosi yang membara …
“Aku, tidak pernah merebut Mas Rifky darimu. Aku, menikah dengan mas Rifky karena perjodohan yang tak pernah ku tentang. Jika kutahu dia milikmu, pastinya aku tak akan menerima perjodohan itu.
Ia lelaki pertama di hidupku, yang membuatku terikat dalam tali perkawinan. Ku pikir, dengan adanya ikatan pernikahan akan ada kehidupan cinta di dalamnya, tapi sampai kini aku tak pernah menemui semua itu”
Mata Ikhma berkaca-kaca walau kelihatan nampak tegar.
“Mengapa kau tidak minta cerai darinya Ikhma, bukankah kau tak pernah bahagia selama hidup dengannya? kau, adalah racun yang mematikan dalam cinta kami”
“Demi Allah Lize, perceraian adalah sesuatu yang dibenci Allah walau diperbolehkan. Mas Rifky, adalah jodoh yang diberikan Allah yang ternyata bukan hanya untukku, tapi juga untukmu.
Untuk kujaga dan kuhormati pangkatnya dalam istana hatiku, yang selalu aku terima setiap perlakuan apa pun darinya dengan Ikhlas. Aku belajar mencintainya, seperti Tuhan mencintaiku. Aku tak pernah merasa tersakiti dalam keadaan apa pun, selama aku bersamanya.
Mungkin, aku yang belum beruntung dalam menjalani kehidupan cintaku. Kau beruntung, telah mendapatkan cinta yang besar darinya dan mendapatkan keturunan darinya. Aku turut bahagia dengan semua itu”
“Mengapa kau bisa setegar ini Ikhma, maafkan aku baru ku sadari, aku lah yang menjadi duri dalam daging untuk kehidupan cintamu, aku akan pergi dari kehidupan kalian ..”
“Tidak Lize, kau akan tetap di sini, bersama aku dan Mas Rifky. Iya kan, Mas?”
Aku hanya mengangguk, tak percaya ada wanita setegar Ikhma di dunia ini. Mungkin, ia adalah bidadari yang benar adanya, dan hatinya serupa dengan malaikat yang tak bersayap?
***
Sembilan bulan berlalu. Saat jam bekerja Ikhma menelponku mengabarkan kado bahagia, yang membuat hatiku bersuka cita. Akhirnya, Lize melahirkan sorang putri yang cantik jelita, itu artinya aku telah menjadi seorang ayah.
Kupandangi wajah istriku yang masih lemas di dalam kamar bersalin. Segera aku datangi Lize dan mencium keningnya. Aku meminta Ikhma dan Lize, tetap menjadi istri yang rukun dan ibu yang baik buat anak-anakku nantinya. Dan Ikhma pun, dengan perasaan suka menyetujuinya. Lize juga senang mendengar kabar kehamilan Ikhma, yang ternyata sudah memasuki bulan kedua.
Saat perjalanan pulang ke rumah bersama keluarga besarku. Kulihat senyuman itu manis sekali tengah memangku putri kecilku. Wajah Ikhma terlihat sangat cantik, dan tak bosan-bosan aku memandangnya. Cinta kurasakan hari itu teramat besar padanya, walau bukan terlambat untuk mencintainya. Tetapi setidaknya, aku sempat memberi cintaku padanya melebihi cinta yang kurasakan pada Lize sebelumnya.
Lize, tersenyum ke arahku dengan tatapan bahagia. Bahagia karena telah menjadi seorang ibu dan bisa menerima kemelut cinta yang telah kami hadapi bersama. Tapi, tak pernah ku sangka senyuman itu menjadi detik terakhir untuk kunikmati di hari bahagia dan keindahnya. Tuhan, telah memberikan jalan lain untukku.
Ia mengambil semua keindahan cinta di saat aku baru mengecap kisah kasih yang sempurna. Sebuah mobil datang dari arah pertigaan kota, lalu bertabrakan dengan mobil yang kukendarai. Kecelakaan maut itu telah merenggut nyawa istriku yang pertama.
Sebelum menghembuskan nafas terakhir, ia mengucapakan dua kalimat syahadat dengan fasihnya dan sempat berpesan padaku:
“A Rifky … Kau telah menjadi Ayah. Anak Lize, adalah anakku juga. Jagalah anak kita dan sahabatku, Lize. Jangan pernah kau sakiti hatinya, dan cintailah ia dengan cinta yang seutuhnya. Aku titip mereka padamu …”
“Iya, Mah …” Air mataku mengalir sambil merangkul tubuhnya. Kupeluk dan kuciumi wajahnya yang bersimbah darah di kepala.
“Jangan tinggalkan aku, Mah. Kau wanita yang kuat … Kau akan bisa bertahan, Mah …” teriakku dengan airmata yang membanjir.
Tuhan kiranya berkehandak lain. Jodoh, kehidupan, dan kematian, Tuhan lah pemilik dan pengaturnya. Sampai di penghujung nafasnya, ia mengucapkan kalimat syahadat dengan begitu fasihnya. Rohnya melayang pergi meninggalkan jasadnya. Ikhma pun tiada.
Penyesalanku memang tak berguna, tapi setidaknya aku sempat memberikan cinta yang besar padanya kurang lebih satu tahun sebelum kepergiannya, dengan cinta yang tak dapat kutebus untuk seumur hidupku.
Karena setelah kepergiannya, aku tak pernah bisa berhenti untuk mencintainya. Dia, memberiku kehidupan sebagai jantung kedua di hidupku. Mungkin jika saat itu orang tuaku tidak menjodohkan aku dengan wanita setegar dia, aku tak akan bisa bersama kembali dengan orang yang juga sangat kucintai, Lize.
“Jika Lize adalah cinta pertamaku, maka Ikhma telah menjadi cinta terakhirku ..
Jika Lize adalah cinta matiku, maka Ikhma lah sebagai cinta yang hidup dalam jiwaku ..
Jika lize adalah cinta suciku, maka Ikhma adalah cinta sejati di hidupku ..
Dan aku menunggu hari-hari indah itu kembali ..
Mengharapkan satu saat nanti …
Aku bertemu dengan anak dan istriku berkumpul kembali, di surga yang abadi …”
Maafkan aku Ikhma … yang tak sempat memberimu cinta, dari separu usiaku yang tertinggal. Semoga, kau diterima di sisi-Nya dan mendapatkan kebahagiaan abadi yang dikelilingi malaikat-malaikat putih yang menghias tidur panjangmu, dengan taman kehidupan wangi surgawi yang tak pernah pudar.
Kusimpan cintamu dalam kasih yang abadi di dalam kenanganku. Pertemuan yang kurindukan itu akan ada, setelah aku menyusulmu.
Aku, menunggu jantung keduaku untuk bisa segera bersamamu. Kita akan bertemu di sana bersama anak-anak kita. Di sini, kami selalu berdo’a kebaikan untukmu dan selalu merindukanmu.
Tidurlah yang damai, dan bersimpuhlah di keharibaan Tuhan yang selalu kau bangakan keagungan-Nya. Semoga, kau telah di tempatkan di surga firdaus-Nya. Aamiin …
~ o ~
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya. Aamiin

LEBIH BAIK BERSAHABAT  

 


Rindai hujan basahi seorang anak perempuan kecil yang terlantar dijalan dia adalah anak seorang pelacur yang dibuang oleh ibunya di panti asuhan dia hidup sangat mandiri.
Beberapa tahun kemudian anak itu tumbuh dewasa dan dia kabur dari panti asuhan itu dia bernama AQILA ,
Setiap hari aqila bekerja sebagai tukang cuci piring di restoran dan akhirnya aqila pun memutuskan untuk berhenti bekerja di restoran itu aqila berpikir dia tidak bakal sukses jika terus jadi tukang cuci di restoran itu aqila pergi dan ingin mencari pekerjaan baru,
 Beberapa hari  kemudian ada seorang ibu ibu cantik di pinggir jalan yang hendak menunggu taxy tapi naas ibu itu dicopet dan aqila hendak mengejarnya setelah tukang copet itu berhenti aqila memukul pundak copet itu, copet itu langsung pergi lari meninggalkan dompet ibu itu. aqila mengembalikanya dan ternyata ibu itu berterimakasih kepada aqila
“ makasih yah nak , nama kamu siapa ?” ucap mira ibu cantik itu
“ nama saya aqila bu “ ucap aqila
“ kamu tinggal dimana? biar ibu antar kamu “ ucap mira
“ aqila tinggal di jalanan bu, aqila tidak punya rumah “ jawab aqila dengan wajah sedih
“ emang orang tua mu kemanah? “ ucap mira
“ aqila dibesarkan di panti asuhan , aqila gak tau orang tua aqila siapa ,? “ ucap aqila sembari menengis
“ bagi mana kalau kamu tinggal di rumah ibu “ ucap mira
“ ah aqila gakk enak bu aqila baru kenal sama ibu “ ucap aqila
“ kamu gak usah sungan ibu berhutang budi sama kamu jadi ibu mau kamu tinggal di rumah ibu “ ucap mira
“ terus baju baju ku gimana bu ?“ ucap aqia
“ kamu gak usah ambil baju baju kamu ibu punya anak perempuan seusiamu kamu pakai ajah baju anak ibu “ ucap ibu
“ ya sudah bu iyah sekali lagi terimakasih “ ucap aqila
Mereka pun pergi kerumah mira setelah mereka berbincang-bincang di dalam mobil mereka sangat akrab walau pun baru bertemu tadi setelah sampai di depan pintu rumah aqila berkata
“ ini rumah apah istana besar bangett “
“ iyah ini rumah aqila mulai sekarang kamu tinggal disini ayo masuk “
“ iya bu “ ucap aqila
Toktoktok
“ asalamualaikum aulia “ ucap ,mira
“ yah bunda sebentar “ ucap aqila
Aqila pun membukakan pintu dan terkejut
“ dia siapa bunda? “ ucap aulia
“ dia sekrang jadi keluarga kita, jadi kamu anggap dia sebagai adik kamu yah dan kebetulan tanggal lahir kalian sama  “ kata mira
“ apah , dia akan jadi keluarga kita bun? bunda nggak salah? “ ucap lia
“ memang kenapah ?“ ucap mira
Aqila langsung memotong pembicaraan mereka dan mengayunkan tanganya untuk bersalaman dengan aulia
“ perkenalkan nama saya aqila nama kamu siapa “ ucap aqila
“ kamu gak perlu tau siapa aku dan aku juga gak mau kenal sama kamu “ ucap aulia
Mira pun membentak aulia dan menyuruh masuk kedalam kamarnya
“ bunda nggak pernah mengajari kamu seperti itu, masuk kamu kedalam kamar bunda nggak suka” ucap mira
Aulia pun pergi kekamar ayahnya untuk mengadu dan ternyata ayah nya pun tidak suka aqila ayah dan aulia merencanakan agar aqila pergi dari rumahnya. beberapa bulan kemudian mira menyekolahkan kembali aqila di tempat sekolah aulia di sebuah UNIVERSITAS terkenal dijakarta. Di kampus aulia terkenal dengan kecantikan dan ketajiranya ia mempunyai 4 sahabat yang kaya tetapi tidak menandingi aulia .
Ayam pun berkokok tandanya waktu sudah memasuki subuh, aqila bergegas mandi dan sholat setelah selesai aqila menyiapkan makanan untuk ayah bunda dan aulia. setelah selesai aqila langsung bersiap -siap untuk sekolah jam menunjukan waktu 06;30. mereka berkumpul di ruang makan untuk sarapan pagi, setelah selesai aqila aulia langsung pergi untuk sekolah. aqila pergi kesekolah dengan sepedah dari mira, aqila tidak mau jika dia pergi memakai mobil. ia ingin pergi memakai sepedah ,sedangkan aulia memakai mobil mewah yang harganya mencapai ratusan juta rupiah. setelah sampai di sekolah aqila menabrak seorang laki laki yang bernama dimas anggara , dimas anggara adalah ketua senat di universitas itu. orangnya pintar ganteng baik kaya lagi dan semua perempuan suka padanya begitu pun dengan aulia , aulia sangat terobsesi sama dimas. sampai -sampai jika ada orang yang suka sama dimas dikerjain abis abisan aulia tekenal nakal dan sombong mereka mempunyai geng yang bernama PRINCU yaitu princes lucu,
Aqila pun berbicara kepada dimas
“ maaf yah mas , nggak sengaja soalnya lagi buru -buru “ ucap aqila
“ lagian naik sepedah ngebut- ngebut  “ ucap dimas sambil tertawa
“ ya kamu juga jalan nggak liat liat jalan itu pake kaki bukan pake mata keles” ucap aqila
“ tunggu- tunggu kayanya aku gak pernah ngeliat kamu di kampus ini “ ucap dimas
“ ya iyalah nggak pernah ngeliat, aku kan anak baru “ ucap aqila
“ oh nama kamu siapa? “ ucap dimas
“ aqila mas, nama mas  siapa ? sebentar aku tebak, pasti nama kamu jono yah ?“ ucap aqila
“ enak saja muka tampan ganteng lucu ini namanya jono perkenal kan nama saya dimas anggara “ ucap dimas
“ masa muka kaya gitu dimas anggara pasti nama kamu  jono Kan udah nggak usah bohong sama aku jujur sajah “ ucap aqila
Setelah mereka sering bertemu dan bercanda rupanya dimas suka sama aqila tapi dimas malu mengungkapkanya beberapa bulan kemudian mereka saling jatuh cinta dimas dan aqila tidak mau mengutarakan nya sekarang mereka sempat berjanji akan selalu bersama sebagai sahabat dan di tnggal 17 juli 2012 itu mereka memulai persahabatan hingga sekarang,
Aulia dan teman temanya sangat benci sama aqila mereka dendam karena telah mengambil sang pujaan hati aulia mereka berencana ingin merusak perahabatan mereka namun upanya mereka sama sekali tidak berhasil
“ aqila sudah merebut bunda dimas semuanya punyaku dan bahkan ayah sekarang mulai suka sama aqila, aulia benci aqila “ ucap aulia (didalam hati) 
Beberapa bulan kemudian pada tanggal 17 juli 2014 dimas berani mengutarakan isi hatinya kepada aqila dan ternyata aqila pun menolak nya aqila berpikir jika ia berpacaran dengan dimas aulia bakal marah dan benci sama aqila
“ aqila kamu tahu kan aku suka sama kamu dan aku janji nggak bakal nyakitin kamu dan aku akan selalu jagain kamu , aku saying sama kamu aqila aku mau kamu jadi putri dihati aku “ ucap dimas sembari memegang tangan aqila
“ maaf dimas aqila lebih nyaman kita bersahabat saja, aqila gak mau nyakitin perasaan orang lain, aqila juga sayang sama dimas tapi aqila ingin kita bersahabat saja toh kita akan selalu bersama aqila gak bakal ninggalin dimas “ ucap aqila
“ ya sudah jika itu keputusan mu, dimas sayang aqila” ucap dimas  
Pada suatu hari di pesta ulang tahun dimas semua di undang ke pesta ulang tahunya, aulia sangat mempersiapkan kado dan penampilanya buat nanti malam , aqila pun begitu tapi aqila membuat kadonya hasil karyanya sendiri bukan dapat beli atau pun apah karena aqila tau dimas tidak suka hal hal yang terlalu mewah aqila membuat gelang dari benang yang seadanya tapi gelang itu sangat indah aqila membuat gelangnya 2 untuk aqila dan dimas sedangkan aulia membeli kadonya jam tangan termahal buat dimas
Malam pun tiba aulia bersiap siap untuk pergi ke pesta sedangkan aqila sedang mundar mandir kebingunan karena dia tiadak punya gaun untuk pesta , mira pun masup kedalam kamar aqila
“ kok kamu belum siap siap juga sayang , kenapah ?” ucap mira
“ aqila gak punya baju pesta bu “ ucap aqila
“ kenapah nggak ngomong aqila , ibu punya baju baru buat kamu dan nanti ibu dandanin kamu yah , ayo ke kamar ibu “  ucap mira
“ iya bu “ ucap aqila
Beberapa menit kemudian penampilan aqila berubah memakai gaun berwarna biru, sepatu ber hak tinggi rambut digerai rapih seperti prices yang sangat cantik ibu pun menyuruh supir untuk antar aqila ke pesta itu setetelah sampai pak supir membukakan pintu mobil aqilapun turun semua orang melihatnya terpesona akan kecantikanya dimas langsung menjemputnya aulia pun mempunyai rencana jahat untuk aqila
Beberapa menit kemudian di saat dimaas dan aqila dansa aulia memberitahu kepada semua orang bahwa aqila adalah anak seorang pelacur yang di pungut ibunya.
“ dia yang sedang dansa dengan dimas itu bukan wanita baik baik dia adalah seorang penipu ibunya ajah  seorang pelacur murahan yang telah menggoda ayah saya dan ternyata pelacur itu hamil, aqila adalah anak haram lahir dari kesalahan untung saja ibu saya baik sama dia walau pun bunda sudah tau dia siapa “ ucap aulia di depan semua orang
Aqila langsung terkejut dengan aulia berbicara seperti itu dan terdiam, aqila langsung menangis
‘’ jangan asal bicara kamu .aulia aku sudah kenal lama, walau pun aqila terlahir dari seorang pelacur aqila itu tidak berdosa yang dosa itu ayah ibunya lagian tidak ada yang namanya anak haram “ucap dimas
“ walau pun saya anak pelacur ,pelacur itu tetap ibu saya, ibu yang telah melahirkan saya lagian aku heran sama kamu ibu mira dan ayah itu baik tapi kenapa kamu seperti ini aulia, seharusnya kamu itu bersyukur ibu ayah kamu masih ada sedangkan ibu saya entah kemana, kamu itu harusnya berubah, kamu pikir aku salah apah sama kamu apa gara gara dimas, kalo kamu suka kamu ambil ajah aku nggak ada apah apah kami Cuma bersahabat ” ucap aqila
“ kamu telah mengambil semuanya dari saya aqila kamu ambil bunda ayah bahkan dimas aku seperti ini karena kamu “ ucap aulia
“ ya sudah jika kamu benci sama aku, aku akan pergi dari rumahmu dan menjauh dari dimas puas kamu “ ucap aqila
Aqila pun pergi meninggal kan pestanya , aqila pergi tanpa pamit ke ibu mira dan ayah nya, aulia pun menyesal dengan semua perbuatanya aulia langsung pulang dan mengejar aqila untuk minta maaf sementara dimas mengejar aqila di saat dimas bertemu dengan aqila ternyata aqila tidak sadrkan diri karena tertabrak mobil truck darah aqila keluar dari mulut dan hidungnya saat itu hujan sangat deras dimas langsung membawanya kerumah sakit
“ bangun sayang maafin aku aku gak nepatin janji aku, aku gak jagain kamu maaf aqila “ ucap dimas
Setelah sampai di rumah sakit doctor langsung membawa aqila ke ruang icu dimas sangat panik , dima langsung menghubungi ibu mira
Ibu mira langsung menuju rumah sakit itu dengan wajah sedih dan menangis begitu pun dengan aulia dan ayah doctor pun keluar memberi tahu bahwa aqila sedang koma dimassangat terpukul setelah dipindah kan ke kamar dimas berkata
“ makasih sayang atas kadonya aku sangat suka , dan ternyata kamu pake juga aku sayang kamu aqila , bangun bangun” ucap dimas
Beberapa hari kemudian aqila pun terbangun sadar ayah mira aulia dan dimas sedang sholat berjamaah disamping aqila
“ dimas ayah ibu aulia “ ucap aqila
Mereka pun terkejut langsung memanggil, doctor dan doctor memberitahu bahwa aqila sudah siuman dan keadaanya membaik
“ dimas kamu pakai gelangnya “ ucap aqila
“ iyah aqila inih aku pakai “ ucap dimas
“ bu, yah , aulia maafin aku yah aku udah ngerepotin kalian mulai sekaranga ku akan tinggal di panti asuhan lagi” ucap aqila
“ engga aqila kamu tetap tinggal di rumah ku rumah kamu juga maafin aku aku udah jaht sama kamu” ucap aulia
“ aku ngerti kamu kaya gitu karna kamu sayang mereka kan “ ucap aqila
“iyah aku sayang ibu dan ayah dan dimas aku udah ikhlasin buat kamu “ ucap aulia
‘’ makasih yah aulia, tapi aku mau kamu yang bersama dimas bukan aku , walau pun aku saynag tapi aku sayang sebagai sehabat “ ucap aqila
Keadaan aqila pun kembali drop malah ini semakin parah aqila kembali koma mereka sangat panik aqila sempat siuman dan menitipkan surat kepada doctor
“ dok sebelum aku pergi dari dunia ini aku mau doctor kasihin surat warna biru ini kepada dimas dan surat berwarna merah ini kepada aulia
Beberapa kemudian aqila meninggal dunia doctor langsung memberitahu kepada mereka doctor pun mengasih kan suratnya buat aqila dan buat dimas. 

Surat untuk aulia berisi

Mungkin saat kamu membuka surat ini aku sudah tiada , dan dunia kita tak Ribuan jalan telah lagi sama
kita lewati
Berbagai rintangan telah kita lalui
Penuh wewangian bunga maupun bertabur duri
Penuh suka maupun duka di hati

Semua bukanlah sekedar kenangn
Semua bukanlah sekedar renungan
Saat kita dalam kebersamaan
Dalam suka maupun pengorbanan

Namun, kita tlah tahu
Kita tak selamanya bersatu
Menempuh jalan hidup yang bertabur debu
Bertabur dedaunan yang tak pernah tersapu

Saat berpisah harus menyapa
Ku tak ingin kau teteskan air mata
Ku tak ingin kau berduka
Karena hati kita kan tetap bersama

Sahabatku tercinta!!
Inilah hidup
Kadang kita membuka
Suatu saat kita kan menutup

Sahabatku tercinta!!
Ku ingin kita kembali bersama
Di saat harta tak lagi berguna
Di saat cinta menjadi satu-satunya pembela
saling menyayangi..
satu rasa dalam kebersama'an....



dan surat untuk dimas berisi

Awal bersama…
Begitu bahagia kurasa…
Ketika perpisahan itu datang…
Sakitnya bagai tertusuk belati…
Begitu menusuk relung jiwaku...
Duka melanda jiwa yang terselimuti lara…

Hembusan angin menyapu semua bahagiaku…
Membawa kekasihku pergi…
Jauh…
Dan menghilang pergi…
Mungkin takkan pernah kembali…

Kasih…
Kesetiaanmu..
Senyummu…
Candamu…
Kan terlukis indah dalam hatiku..
Peluk mesramu masih terasa menghangatkan jiwaku..

Namun perpisahan ini..
Biarlah terjadi…
Relakan lah aku pergi …
Berikan lah cintamu untuk aulia …

Biarlah cinta itu kusimpan…
Ku harap suatu hari nanti
Kita bisa bertemu disurga yang penuh cahaya


. Dan akhirnya dimas dan aulia pun bersatu sesuai  dengan permintaan aqila, dan mereka bersama untuk selamanya





                                                                      KARYA JIHAN AULIANA FITRI
                                                                              KELAS XI MIA 2
Cerita Cinta Islami Mengharukan : 
 
Ini bukan hanya tentang cinta, tapi harapan yang berpilin sebagai doa di langit-Nya.

“Terima kasih Ya Alloh karena masih memberiku kesempatan melihat sang bintang harapan di tiap pagiku. Dan untukmu penjajah hatiku, selamat pagi.”
Begitu biasa Dinara memulai harinya di tiap pagi sebelum beraktifitas. Dua kalimat di awal rutinitas harinya itu telah menjadi suatu hal yang hampir tak pernah dia lupakan semenjak lima tahun terakhir. Seperti itu pula dengan hari ini.
Baginya, tiap hari terasa indah. Penuh dengan harapan dan optimisme. Kenapa? Karena ada dia.Karena ada cinta dihatinya. Gana, sang penjajah hatinya. Lelaki itu telah menjadi pangeran dalam hatinya selama hampir lima tahun ini. Sosoknya seperti telah begitu menyatu dalam jiwanya hingga dia tak bisa lagi berpaling pada lelaki lain. Bagi Dinara, Gana adalah seorang lelaki yang luar biasa. Ganaadalah instrumen terpenting dalam hidupnya.
Konyol sekali kedengarannya. Tapi begitulah dia mencintainya, mencintai Gana. Ah bukan, menggilainya tepatnya. Dinara tak peduli jikapun orang menganggapnya bodoh karena cinta itu. Dia hanya senang seperti itu. Dan selama hampir empat tahun terakhir, Aivi lah yang tahu kegilaan Dinara itu. Aivi adalah sahabatnya sejak dia masuk kuliah hingga mereka baru saja lulus kuliah saat ini. Meski begitu, Aivi tak pernah tahu lelaki mana yang sebenarnya dicintai sahabatnya selama ini. Ia hanya tahu kalau Dinara mencintai seorang lelaki bernama Gana. Itu pun entah pasti atau tidak.
“Kau melamun? Dia lagi?” tiba-tiba Aivi menepuk pundak Dinara, membangunkan ia dari lamunannya yang sedang berpetualang ke negeri antah berantah, mencari sesosok pangeran yang ia rindukan. Aivi lalududuk di samping Dinara sambil memperhatikan orang lalu-lalang di taman kota. Hari minggu pagi memang jadwal rutin mereka pergi ke taman kota.
“Hah, kau tanya apa Vi?” Dinara melongo.
“Emm benar tebakanku! Sampai kapan Gana akan membuatmu seperti ini?!” ujarnya.
“Seperti ini? Memangnya aku kenapa? Aku baik-baik saja.”
“Yah, mudah-mudahan memang benar kau tak apa-apa. Jangan sampai gara-gara dia, kau menutup mata dari kenyataan.”
“Maksudnya?” Tanya Dinara heran.
“Iya, bukankah kenyataannya kalian memang tidak pernah ada hubungan apa-apa? Dan entah perasaan seperti apa yang membuatmu begitu menggilainya. Cinta, penasaran, atau hanya obsesi?”
Jleb. Hati Dinara bergetar mendengar perkataan Aivi itu. Ia tidak tau kenapa, ada rasa sakit yang mengiris hatinya. Ia ingin menangis mendengarnya. Tapi, sebisa mungkin ia mencoba untuk tidak meneteskan air mata. Pilu rasanya.
“Di, kau baik-baik saja?” Aivi menatap Dinara dengan raut khawatir.
“Mmh. Iya.” Dinara mengangguk. Tapi ia bohong. Hatinya sama sekalitidak baik. Baginya perkataan Aivi itu adalah suatu pukulan maha dahsyat yang langsung menyadarkannya akan suatu ketidakpastian.
Batinnya menangis. Menyedihkan sekali rasanya. Benar kali ini ia terluka. Ini kenyataan. Aivi telah membangunkannya dari mimpi-mimpi itu. Tapi, Dinara tidak bisa jujur pada dirinya sendiri. Dinara tidak ingin mengiyakan apa yang telah Aivi katakan.
Lima tahun mencintai Gana dengan caranya sendiri rasanya cukup membuat ia hampir gila. Tapi, Dinara sangat menyenangi kegilaannya itu. Ia tak bisa dengan mudah kembali sadar dan melepaskan cintanya.
Dinara hanya diam. Tak sepatah katapun keluar dari bibirnya yang kelu itu. Ia hanya sedang berpikir saat ini. Berpikir tentang kata-kata Aivi tadi. Berpikir tentang dirinya, Gana dan perasaannya. Dan juga berpikir tentang sahabatnya itu, Aivi.
- Kenapa Aivi bisa berkata dan berpikir seperti itu? Kenapa baru sekarang dia berkomentar seperti itu setelah beberapa lama kami bersama? Apa dia telah begitu jengah dengan kegilaanku itu hingga dia bepikir seperti itu? Atau apakah memang cintaku pada Ganabegitu salah di matanya? Kenapa? -
Dinara merasa heran pada sahabatnya itu. Batinnya terus bertanya-tanya. Dinara merasa tak ada yang salah dengan perasaannya pada Gana. Ia hanya ingin mencintai seseorang seperti itu. Ia hanya ingin jadi seorang Dinara yang dengan segenap cinta dan doanya berhasil menjaga hatinya hanya untuk seorang Gana saja.
- Lalu kenapa Aivi membuatku terlihat begitu menyedihkan? Hei, aku tak pernah merugikan siapapun dengan perasaanku itu. Pun aku tak pernah merasa dirugikan sedikitpun oleh cintaku itu. Lagipula, aku yakin Gana tak pernah keberatan dengan keberadaan hatiku yang tak pernahmenjamahnya sedikitpun. Tak pernah pula aku berusaha menyentuh hati Gana. Aku hanya mencintainya dari sudut terindah yang bisa kurasa, dengan tetap membiarkan Gana aman dan nyaman dalam dunianya sendiri. Lalu, apa yang salah? -
Aah, Dinara tidak bisa berpikir terlalu banyak lagi. Hatinya masih ngilu. Mungkin Aivi hanya terlalu sayang padanya. Iya mungkin begitu.
Satu hari, dua hari, tiga hari, beberapa hari berlalu. Hari-hari Dinara berlalu seperti biasa. Tapi, hari-harinya jadi terasa menjemukan sekarang. Entah kenapa. Ia merasa kehilangan sedikit kebebasan untuk merasakan dalam-dalam getaran cintanya pada Gana. Yah, semenjak Aivi melontarkan ‘unek-uneknya’ tentang kegilaannya itu, Dinara merasa sedikitnya ada yang membatasi kebebasannya. Tapi, mungkin saja Aivi benar.
Ia sama sekali tak marah pada sahabatnya itu. Tidak. Sungguh. Ia hanya merasa perlu waktu yang lama – entah seberapa lama – untuk mencerna perkataan Aivi lalukemudian memahaminya. Dinara merasa apa yang dikatakan Aivi memang benar, yakni antara dia dan Gana tak sedikitpun ada hubungan apa-apa, tapi apakah salah jika ia mencintai Gana dengancaranya sendiri? Hanya itu.
To be only yours, I pray, To be only yours… I know now you’re my only hope
Suara merdu Mandy Moore melengking indah dari ponsel Dinara. Nada dering untuk panggilan masuk. Dinara membuka flap ponselnya.
“Di.. hallo.. kau baik-baik saja?”
“Hallo.. assalamualaikum Aivi. Tak biasanya kau menelpon. Ada apa?”
“Eh, waalaikumsalam. Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin tanya, apa kau sudah melupakannya?”
Deg. Apa? Apa yang baru saja Aivi tanyakan? Dinara benar-benar kaget mendengarnya. Sungguh. Taksemudah itu melupakannya, Aivi. Dinara berkata-kata dalam hatinya.Belum sempat ia menjawab, Aivi sudah nyerocos di ujung sana.
“Kau harus melupakannya. Sudah cukup Di. Cinta itu bisa merusakmu, melenakanmu. Kau harus melupakannya. Ah, Ya Alloh. Bagaimana caranya menghentikanmu? Apa sesulit itu? Sungguh. Kumohon lupakan dia. Kau harus memulai semuanya dari awal. Bukalah mata dan hatimu Di. Lupakan dia.”
- Ya Alloh. Kenapa Aivi bersikap seperti itu? Kenapa? Apa dia tak tahu kalau yang ia katakan membuatku sakit. Benar-benar membuatku sakit. Sungguh. Tak semudah itu. -
“Hallo.. Di? Kau masih di sana? Kau baik-baik saja?”
“Mmh. Aku akan mencobanya.” Dinara menjawab sekenanya.
“Bagus. Aku selalu ada untukmu. Sudah ya. Assalamualaikum.”
Tut. Sambungan terputus. Waalaikumsalam. Dinara mendesahpelan. Ia masih memegang ponselnya. Lagi-lagi dia merasa sulit untuk mencerna dan kemudianmemahami apa yang sudah Aivi katakan barusan. Selalu begitu. Logikanya selalu berfungsi lebih lambat dibandingkan perasaannya. Ia hanya bisa meneteskan air mata. Rasa sakit – tentu saja rasa sakit yang diakibatkan oleh perkataan Aivi tempo lalu – yang sudah hampirbisa ia lupakan, kini kembali hinggap di hatinya.
- Ya Alloh.. apa selama ini aku terlihat seperti orang tak waras? Kenapa Aivi bersikeras bersikap seperti itu? Apa dia sudah benar-benar jengah melihat kegilaanku itu? Ya Alloh.. apa yang salah dari semua yang aku rasakan selama ini? Dan apa? Aivi berkata kalau cinta ini bisa merusakku, melenakanku? Tidak. Sama sekali tidak. Cinta ini justru menguatkanku. Mengubahku menjadi lebih baik. Memberiku harapan di setiap hariku. Memberiku nafas untuk tetap bertahan dalam kesendirian. Memberiku semangat dalam menghadapi berbagai masalah hidup. Dan yang terpenting, cinta iniselalu mendekatkanku pada-Mu. YaAlloh.. apa Aivi tak tahu semua itu? Melupakan Gana bukanlah hal yangmudah dan memang bukan hal yang aku inginkan. Tidak sama sekali. -
Pandangan Dinara kabur. Ia bukan hanya meneteskan air mata, tapi menangis sesenggukan. Ia memegang dadanya. Ada yang sakit di sana. Benar-benar sakit. Ia melangkah menuju meja belajarnya. Ia lalu membuka tas yang tergeletak di sana. Direngkuhnya sebuah sapu tangan kotak-kotak biru muda. Ada tulisan kecil di salah satu sudutnya. Gana.
- Apakah aku benar-benar harus melepaskan semua perasaanku padamu? Apakah aku tak boleh lagimencintaimu – meski pastinya kau tak pernah tahu hal itu? Apakah aku harus mengubur dalam-dalam semua harapanku tentangmu? Tapi,aku benar-benar ingin bertemu denganmu. Aku hanya ingin bertemu denganmu. Meski hanya untuk satu kali lagi. Meski hanya untuk beberapa detik saja. Itu tak apa. Sungguh. Aku hanya ingin berterima kasih padamu, Gana. Berterima kasih untuk semuanya. Ya. Aku belum sempat melakukan itu. -
Dinara bergumam lirih sendirian. Didekapnya sapu tangan itu erat-erat. Lalu, pikirannya beralih ke suatu malam, lima tahun silam. Saat ia masih berusia tujuh belas tahun. Saat ketika ia belum seperti sekarang. Saat dimana satu hal berhasil mengubah hidupnya.
Saat itu, Dinara tengah berjalan sendirian ketika seorang om-om mencoba merayunya untuk ikut bersamanya. Bagaimanalah om-om itu tidak bersikap demikian, penampilan Dinara saat itu lebih mirip dengan wanita malam. Ditambah pula ia berjalan sendiriandi kala malam telah sepenuhnya pekat. Mana ada wanita baik-baik keluyuran tengah malam dengan penampilan seperti itu coba?
Dinara mati-matian menolak – karena memang dia toh bukan wanita malam yang dikira om-om itu -, sementara si om-om mati-matian memaksanya. Dinara berteriak meminta tolong. Dan di saat itu, seorang pemuda – yang entah kebetulan lewat atau memang telah sengaja dikirim Tuhan – mendekati Dinara yang sedang berusaha melepaskan diri dari si om-om.
“Tolong lepaskan dia Pak. Dia ini adik saya. Dia wanita baik-baik danbukan wanita seperti yang Bapak kira. Sungguh Pak, dia wanita baik-baik. Hanya saja, dia belum cukup dewasa. Tolong jangan ganggu dia Pak. Bapak akan menyesal jika melakukannya.” Pemuda itu berkata dengan nada memohon pada si om-om. Si om-om yang entah kenapa merasa percaya dengan yang dikatakan pemuda itu langsung melepaskan Dinara. Ia bergegas meninggalkan tempat itu sambil bersungut-sungut, “Urus adikmu itu. Mungkin lain kali ia tak akan selamat jika masih seperti itu.” Pemuda itu hanya mengangguk.
Suasana malam itu begitu sunyi danlengang. Dinara yang merasa shock dengan kejadian itu menangis sesenggukan di tepi jalan. Pemuda itu menghampirinya dan mengeluarkan sehelai sapu tangan dari dalam saku celananya dan mencoba menenangkan. Dia kemudian membawa Dinara ke dalam mobilnya dan mengantarkanDinara pulang. Ia lalu menanyakan alamat gadis itu. Tak berapa lama, mobil pemuda itu sampai di depan sebuah rumah mewah. Rumah Dinara. Mereka berdua lalu turun dari mobil itu.
“Aku bukan wanita seperti itu.” UjarDinara yang masih menangis.
“Om-om tadi atau pria manapun pasti tidak akan berani mengganggumu jika kau tak keluyuran tengah malam begini dan penampilanmu tak seperti itu. Tapi, aku percaya kau wanita baik-baik. Sungguh.” Pemuda itu kembali ke mobilnya. Meninggalkan Dinara yang masih terpaku. Mobilnya melesat menjauhdari hadapan Dinara.
Dinara tersadar. Dia melihat sekeliling dan mendapati ia sendirian disana. Lalu, dia melihat sapu tangan di genggaman tangannya. Sapu tangan kotak-kotak biru muda. Pandangannya tertuju pada tulisan yang dijahit dengan benang hitam di salah satu sudut sapu tangan itu. Gana. Hatinya berdesir halus ketika mengingat pemuda yang baru saja menolongnya itu. Pemuda baik hati yang sama sekali tak dikenalnya.
Sejak saat itu, Dinara berubah. Gayahidupnya, penampilannya, tingkah lakunya, tutur katanya, pemikirannya. Semuanya berubah menjadi lebih baik. Sungguh, kekuatan cinta yang begitu indah. Bertahun-tahun ia selalu berharap suatu saat bisa bertemu kembali dengan pemuda yang telah menyelamatkan hidupnya itu. Ia selalu ingat kalau ia belum sempat berterima kasih pada pemuda itu, hingga saat ini.
To be only yours, I pray, To be only yours… I know now you’re my only hope
Panggilan masuk. Bayangan masa lalu itu kemudian memudar. Dinara menyeka air matanya. Lalu ia membuka flap ponselnya.
“Assalamualaikum Aivi. Kenapa lagi?”
“Waalaikumsalam. Aku lupa memberitahumu Di. Minggu depan, datanglah ke rumahku. Ada syukuran. Oya, aku akan mengenalkanmu pada seseorang. Seseorang yang sangat aku sayangi.Emm kau pasti menyukainya. Ah hati-hati, kau bisa mencintainya. hehe”
“Kenapa?”
“Ya, karena dia memang pantas disukai, dicintai. Sudah ya. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Dinara menghela nafas. Akhir-akhir ini ia lebih sering menghela nafas. Entah kenapa. Tiba-tiba ia teringat percakapannya dengan Aivi barusan.
- Mengenalkanku pada seseorang yang sangat ia sayangi? Menyukainya? Mencintainya? Siapa? Syukuran? Ah, iya. Jangan-jangan Aivi akan dilamar. Seseorang yang ia maksud adalah calonnya barangkali. Iya. Begitu sepertinya. Tapi, kenapa dia tak pernah bercerita sebelumnya padaku? Ah, sahabat macam apa aku ini? Aku sama sekali tak tahu apa yang terjadi dalam kehidupan Aivi selama ini. Mungkin, karena aku terlalu sibuk dengan kegilaanku itu. Ya Alloh.. Aivi, maafkan aku. -
Seminggu berlalu begitu cepat. Tapi, bagi Dinara waktu jadi terasa begitu lambat. Itu karena perasaannya sedang begitu tak menentu. Yah, begitulah.
Dinara sudah sampai di depan rumah Aivi. Banyak mobil berjejer disana. Sepertinya, semua keluarga besar Aivi sedang berkumpul untuk acara syukuran itu.
Dinara melangkah masuk ke rumah besar itu. Pandangannya langsung tertuju ke dalam rumah. Banyak orang di dalam sana. Dan, Ya Alloh.. jantung Dinara hampir berhenti berdetak. Nafasnya tiba-tiba sesak. Ia melihat Aivi di sofa ruang tamu. Tapi, perhatiannya bukan tertuju pada sahabatnya itu, melainkan pemuda tampan di samping Aivi. Pemuda itu, Dinara yakin pernah melihatnya. Ya, bagaimana mungkin ia lupa? Tapi, kenapa pemuda itu ada di sini? Dan.. dan.. pemuda itu terlihat begitu dekat dengan Aivi. Apa mungkin? Dinara tiba-tiba langsung memegang dadanya. Ada yang menggerogoti hatinya lagi. Dan kali ini lebih sakit dari sebelumnya.
- Bagaimana mungkin seperti ini Ya Alloh? Kenapa harus Aivi? Kenapa Aivi harus bersama Gana? Dan, mereka terlihat benar-benar akrab. Mereka sedang bercanda. Aivi tersenyum, tertawa. Itu sempurna ekspresi bahagia dari Aivi. Bagaimana mungkin? Ya Alloh. -
Dinara masih mematung di depan pintu. Kakinya lumpuh seketika. Matanya perih. Sungguh perih. Tapi, bagaimanalah ia akan menangis di saat seperti itu? Beribu pertanyaan menyesaki benaknya satu per satu.
- Apakah ada yang pernah merasakan ketika senyuman orang lain nyatanya justru membawa lukadi hati kita? Aku pernah. Apakah ada yang pernah merasakan ketika tawa orang lain tak sadar justru membuat air mata kita terjatuh? Aku pernah. Apakah ada yang pernah merasakan ketika kebahagiaan orang lain sebenarnyatidak – sama sekali tidak-membuat hati kita bahagia juga? Aku pernah. Ya. Aku pernah merasakan itu semua. Di sini. Saat ini. Entah perasaan macam apa namanya. Yang jelas, ini sungguh menyakitkan. -
“Dinara.. kau sudah datang? Ayo sini.” Suara Aivi tiba-tiba menyadarkan Dinara yang sedang terpaku. Aivi menghampiri Dinara dan membawanya masuk. Entah kenapa, Dinara merasa sulit untuk melangkahkan kakinya. Dengan enggan akhirnya ia menapakkan kakinya selangkah demi selangkah.Mereka lalu duduk tepat di hadapan pemuda itu. Pemuda itu tersenyum manis pada Dinara. Hati Dinara semakin ngilu.
“Bagaimana, kau menyukainya bukan?” ujar Aivi sambil menepuk pundak Dinara. Dinara tak berani menjawabnya. Andai saja Aivi tahu, pemuda itu adalah pangeran hati Dinara selama lima tahun ini.
“Bagaimana, kau menyukainya bukan?” Aivi melontarkan kembali pertanyaan yang sama. Namun, kali ini bukan pada Dinara. Melainkan pada pemuda di hadapannya. Pemuda itu hanya tersenyum. Wajahnya memerah. Dinara masih tak mengerti.
“Namanya Rida Lenggana. Dia saudara sepupuku. Ah, kau pasti takingat? Ya, mana mungkin. Selama ini kau sibuk dengan Gana mu itu. Bukankah aku pernah menceritakannya padamu beberapa kali? Rida, saudara sepupuku yang sejak lima tahun lalu kuliah di Turki dan sudah punyapekerjaan tetap di sana. Ya ampun Di, kau benar-benar tak pernah mendengarkan ceritaku sepertinya.”
Seperti biasa, Aivi nyerocos tanpa memperhatikan respon si pendengar. Sementara itu, Dinara merasa tak percaya dengan apa yang didengarnya. Dia masih juga tak bersuara.
- Sepupu? Bukan calon suami? Ya ampun, kenapa aku begitu cepat menyimpulkan? -
“Kau tahu Di? Aku sangat menyayanginya. Dia lelaki baik dan pantas mendapatkan yang baik pula. Dulu dia pernah menyukai seorang wanita yang ditemuinya suatu malam di jalan kota. Dia bilang dia tak bisa melupakan gadisitu. Tapi, untunglah Rida tak sepertimu yang sulit sekali melupakan Gana. Dia langsung menyukaimu ketika pertama kali aku menunjukkan fotomu empat tahun lalu. Dia semakin menyukaimu sewaktu aku berceritabanyak tentang kau. Setiap kami berkomunikasi, dia selalu menanyakan kabarmu dan memintaku bercerita tentangmu, semua hal tentangmu. Tapi, dia melarangku memberitahumu. Dia ingin agar kau tetap seperti itu, menggilai Gana. Dia tak ingin mengusik kegilaanmu itu katanya. Tapi sewaktu dia pulang dari Turki minggu lalu, dia akhirnya memintaku untuk mengenalkanmu langsung padanya. Karena itu aku bersikeras menginginkankau melupakan Gana. Aku pikir, kau pasti akan menyukai sepupuku ini. Kalian sangat cocok.”
Dinara masih diam. Tapi, kali ini rasa sakitnya berangsur hilang. Tergantikan oleh perasaan yang entah apa namanya. Bahagia, terharu dan apalah itu. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana mungkin ini terjadi? Sementara itu, pemuda di hadapannya bersemu merah.
“Aku suka nama Gana. Aku ingin dipanggil begitu. Sungguh. Ah, tapi tak ada yang tahu hal itu. Semua orang malah memanggilku Rida.” Pemuda itu terdiam sesaat. Lalu dengan terbata ia melanjutkan. “Emm.. Apa.. apa kau mau ikut bersamaku ke Turki? Tentunya, setelah kita menikah di sini.” Pemuda bernama Rida Lenggana itubaru saja mengucapkan kata-kata yang sudah lama ingin ia sampaikan pada gadis dihadapannya. Gadis yang sudah ia sukai sejak pertama kali bertemu lima tahun lalu di suatu malam ketika ia menikmati malam terakhir di kota kelahirannya sebelum ia berangkat ke Turki. Perasaan lega, cemas dan bahagia bercampur aduk di hatinya.
Dinara tak kuasa menahan air matanya terjatuh kali ini. Biarlah semua orang melihat ia menangis saat ini. Karena toh selama ini tak ada yang tahu bagaimana ia menangis dalam kesendiriannya, bagaimana ia menangis menahan semua perasaannya, bagaimana ia menangis di setiap harapan yang ia panjatkan dalam doa-doanya. Biarlah.
Dinara mengeluarkan sapu tangan kotak-kotak biru muda bertuliskan nama Gana – yang selalu ia bawa kemanapun – dari tas tangannya. Sambil mengangguk ia berikan sapu tangan itu pada pemiliknya. “Terima kasih, untuk semuanya.” Ujarnya lirih sambil berurai air mata. Pemuda itu tersenyum saat menerima kembali sapu tangan miliknya.
Aivi melongo melihat pemandangan di hadapannya. “Ya ampun, jadi selama ini?”

Dan ketika harapan yang kita panjatkan dalam setiap doa-doa kita tak langsung dijawab-Nya dengan kata Ya atau Tidak, maka sesungguhnya Ia menjawab, “Tunggu, Aku akan berikan yang terbaik untukmu pada waktunya.”
BERSAHABAT DALAM PANDANGAN ISLAM..??
Mari kita simak artikel ini..!!



Bersahabat dengan Lawan Jenis
               
Terkait dengan persahabatan dengan lawan jenis (laki-laki), bahwa pada
dasarnya Islam mengajarkan tiap orang untuk saling mengasihi sesamanya dan
membangun jalinan persahabatan. Semua itu tidak terbatas hanya kepada sesama
jenis, namun juga kepada lawan jenis.
Hanya saja khusus dengan lawan jenis, maka Islam menggariskan hal-hal
pokok agar niat dan maksud baik persahabatan itu tidak dikotori dengan fitnah dan
nafsu rendah. Untuk itu Islam telah telah membuat aturan dan ketentuan yang
berlaku umum serta menjelaskan hal-hal apakah yang dilarang.

Di antara jalan-jalan yang diharamkan Islam ialah:
- Bersendirian dengan seorang perempuan lain. Yang dimaksud perempuan lain, yaitu: bukan isteri, bukan salah satu kerabat yang haram dikawin untuk selama-lamanya,
seperti ibu, saudara, bibi dan sebagainya.
Ini bukan berarti menghilangkan kepercayaan kedua belah pihak atau salah satunya,
tetapi demi menjaga kedua insan tersebut dari perasaan-perasaan yang tidak baik
yang biasa bergelora dalam hati ketika bertemunya dua jenis itu, tanpa ada
orang ketiganya.

Dalam hal ini Rasulullah bersabda sebagai berikut:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan.” (Riwayat Ahmad)
“Jangan sekali-kali salah seorang di antara kamu menyendiri
dengan seorang perempuan, kecuali bersama mahramnya.”

Imam Qurthubi dalam menafsirkan firman Allah yang berkenaan
dengan isteri-isteri Nabi, yaitu yang tersebut dalam surah al-Ahzab ayat 53, yang artinya:
“Apabila kamu minta sesuatu (makanan) kepada mereka
(isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari balik tabir.
Karena yang demikian itu
lebih dapat membersihkan hati-hati kamu dan hati-hati mereka itu,”
Beliau mengatakan: maksudnya perasaan-perasaan yang timbul
dari orang laki-laki terhadap orang perempuan, dan perasaan-perasaan
perempuan terhadap laki-laki. Yakni cara seperti itu lebih ampuh untuk
meniadakan perasaan-perasaan bimbang dan lebih dapat menjauhkan dari tuduhan
yang bukan-bukan dan lebih positif untuk melindungi keluarga.
Ini berarti, bahwa manusia tidak boleh percaya pada diri sendiri
dalam hubungannya dengan masalah bersendirian dengan lawan jenis yang tidak
halal baginya. Oleh karena itu menjauhi hal tersebut akan lebih baik dan
lebih dapat melindungi serta  lebih sempurna penjagaannya.
Juga tidak boleh bercakap-cakap, berkomunikasi, dan memandang tanpa
ada kebutuhan yang sangat mendesak. Sebab, ini semua bisa menjadi
fitnah yang menjadi pintu masuk maksiat.


Sebuah syair berbunyi,
Awalnya pandangan, lalu senyuman dan sapaan.
Selanjutnya kata-kata, janji, dan perjumpaan.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in,
Wallahu A`lam Bish-shawab.
 
               Secara umum, kehidupan laki-laki dan wanita adalah terpisah (infishal), artinya 
kehidupan sosial mereka sebagian besar dihabiskan bersama keluarganya dan sesama 
mereka (laki-laki dengan laki-laki dan wanita dengan wanita). 
               Dalilnya adalah ketika beberapa wanita bertanya kepada Rasulullah saw.: 
Ya Rasulullah, kami tidak mendapat peluang untuk belajar di majelismu yang 
dipenuhi kaum laki-laki, maka berilah kami kesempatan agar kami dapat belajar
darimu pada kesempatan itu. Kemudian Rasulullah menjawab: Bagianmu adalah
di rumah si fulanah.Maka beliau datang kepada mereka (kaum wanita) pada hari dan tempat yang telah
dijanjikan dan beliau mengajar mereka. Sehingga interaksi yang terjadi antara 
keduanya sangat kecil dan hanya terjadi dalam hal-hal tertentu saja.
  
             Tidak bisa dinafikan bahwa laki-laki dan wanita pasti akan berinteraksi
satu dengan yang lain, sehingga perlu pengaturan tehadap interaksi tersebut.
Menjadikan lawan jenis sebagai teman bisa saja dilakukan asal sesuai dengan syariat
Islam. Sesuai dengan syariat Islam maksudnya adalah dalam bergaul selalu mengikuti
kaidah hukum syara (Islam). 

Beberapa hal yang harus diperhatikan agar persahabatan sesuai dengan syara 
adalah:
1.      Menundukkan pandangan. 
Maksudnya adalah memandang kepada yang bukan aurat dari lawan jenis dan
memandang selain aurat tidak dengan syahwat. 
Dalilnya adalah al-Quran Surat An-Nuur [24]: 30-31.
2.      Tidak berkhalwat (menyepi, berdua-duaan dengan lawan jenis).
Hal ini berlandaskan pada Sabda Rasulullah saw. yang berbunyi: 
Janganlah sekali-kali salah seorang diantara kalian bersunyi-sunyi dengan
perempuan lain, kecuali disertai dengan muhrimnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
3.      Tidak masuk ke tempat tinggal wanita. 
Dalilnya adalah sabda Rasulullah, dari Uqbah bin Amir ra.,
bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: 
Takutlah kalian untuk bertamu kepada wanita!"seorang laki-laki Anshar bertanya: bagaimana kalau saudara ipar (besan)?
Rasulullah bersabda: Ipar sama dengan kematian. (Mutafaq alaih).
4. Berinteraksi hanya pada keadaan yang dibenarkan oleh syara, misalnya dalam hal pendidikan, jual beli, dan pengobatan (dalam beberapa kasus).
5. Berteman karena Allah swt semata.
Rasulullah memerintahkan hal ini dengan jelas. Berdasarkan hadist dari Abdullah
bin Masud riwayat al-Hakim dalam al-Mustadrak. Rasullulah bersabda: 
Wahai Abdullah bin Masud! Ibnu Masud berkata: Ada apa ya
Rasulullah? (Ia mengatakannya tiga kali) Rasulullah bertanya: Maukah Engkau 
tahu, tali keimanan manakah yang paling kuat? Aku berkata: Allah dan Rasul-Nya 
lebih tahu. Rasulullah bersabda: Tali keimanan yang paling kuat adalah loyalitas kepada
Allah, dengan mencintai dan membenci (segala sesuatu) hanya karena-Nya..
 
Selain itu perlu diperhatikan pula, agar teman tetap menjadi teman, yaitu
dengan cara:
a. Kurangi frekwensi pertemuan yang tidak perlu.
b. Jangan berbicara dan berpenampilan yang menimbulkan daya tarik bagi lawan jenis.
c. Menutup aurat dan memakai jilbab bagi wanita.
d. Kurangi berhubungan. (maksudnya seperti, sms, nelpon, e-mail dan chatting) 
e. Menjaga hati.
 
Hal ini berlaku juga kepada aktivis pengajian, karena dewa cupid merentangkan 
busurnya tidak laporan dulu lho! Dekatkan diri kepada Allah SWT...karena dengan banyak
mengingatnya dan mengingat dosa-dosa kita yang telah lalu dalam sholat kita bisa jadi
solusi yang mujarab. Menjadikan lawan jenis sebagai teman, dilakukan sebatas apa yang
telah dijelaskan diatas, dan tak lebih dari itu. Hukum syara yang lain akan berlaku jika kita
menginginkan yang lebih dari yang telah disampaikan di atas.
Aktifitas seperti curhat masalah pelajaran, teman, keluarga, classified ploblem, 
minta usulan sambil makan berdua, nemenin beli kado atau hadiah, nganterin pulang ketika
kegiatan berakhir terlalu malam, jalan bareng ke mall atau plaza, bikin PR, tugas dan
laporan berdua, semua hal tersebut bisa dilakukan jika dan hanya jika keduanya telah 
diikat dengan simpul agung pernikahan.
Artinya, aktifitas persahabatan yang sejati hanya bisa berlaku kepada Istri suami,
dan teman yang sejenis (laki-laki dengan laki-laki atau wanita dengan wanita) dan mukmin
sebagaimana penjelasan di al-Quran sebelumnya.
 
Menjadi Sahabat Sejati
Syaikh al-Ghazali menjelaskan lima hal yang harus dilakukan untuk mengikat 
persaudaraan, lima hal itu adalah:
1. Dalam hal harta, hendaklah, setidaknya, adalah seperti budakmu, maka urusannya 
menjadi bagian dari kepentinganmu. Pertengahannya adalah menjadikannya setingkat 
denganmu, karena, persaudaraan memunculkan persekutuan dan kesamaan. Yang paling
 tinggi adalah memuliakannya diatas dirimu. Maka engkau meninggalkan urusan dirimu untuk
 mengurus kepentingannya. Ini merupakan tingkatan yang paling tinggi. 
2. Membantu memenuhi kebutuhannya sebelum diminta. 
3. Tidak mendatangkan sesuatu yang tidak disukainya.
4. Berbicara dengan sesuatu yang disukainya berupa pujian tanpa keluar dari kebenaran.
5. Memenuhi janji dan keikhlasan.
 
Menemukan Sahabat Sejati
Selain batasan umum yang telah diberikan al-Quran dan Hadist di atas,
tentu perlu pula kita cari penjelasan lebih rinci tentang sahabat sejati ini.
Tipe teman yang patut dijadikan sahabat :
1. Mau berbagi apa saja
               Individu dari kategori ini ternyata sanggup menomorduakan krisis yang
sedang dialaminya demi seorang sahabat. Tetapi kamu jangan mengambil 
kesempatan atas kebaikan dirinya.
  Bagaimana ingin mengenal pasti individu ini..??
 Dia tidak menipu dan mampu menyimpan rahasia walaupun perkara kecil.
 Dia sering menanyakan kabar tentang dirimu.
 Karier impiannya adalah sebagai seorang ahli psikologi.
2. Memahami
Kamu bisa menerima dan mendengar nasihat serta pandangan yang diberikan
dengan hati terbuka. Nasihat yang diberikan juga amat meyakinkan kamu, individu ini
wajar kamu dampingi sebagai sahabat sejati.
  Bagaimana ingin mengenal pasti individu ini..??
 Dia bersedia dihubungi kapan saja... 24 jam sehari, 7 hari seminggu!
 Dia seorang teman yang keukeuh memegang janji. Dalam persahabatan, dia adalah 
sahabat yang setia.
 Dalam permasalahan kamu dia banyak membantu. Dia mampu mengenali apakah 
individu yang berhubungan denganmu itu, benar-benar ikhlas atau mungkin ingin
memperalatmu.
3. Profesional 
Saat kamu mengalami permasalahan, dia akan datang menghampirimu dan 
berusaha memahami keadaanmu. Dia berusaha memberi nasihat dengan meletakkan dirimu
dalam dirinya. Nasihat dan pandangannya itu pun tidak mempunyai unsur berat sebelah dan
sekaligus tidak mengkambinghitamkan seseorang. Jelaslah bahwa dia sahabat yang
profesional yang bisa kamu dampingi.
Bagaimana ingin mengenal pasti individu ini..??
Dia bijak menjaga emosimu setiap kali kamu berada dalam keadaan tegang
 Setiap kali kamu menyatakan pandangan dan usulan, dia mendengarnya dengan ikhlas  
    dan hormat. Kamu boleh melihat kejujuran itu dari sinar matanya. 
 Dia tidak pernah memberi alasan sekiranya kamu ajak bertemu. Walaupun dia tahu  
    bahwa dirinya akan menjadi tempat curahan masalahmu pada waktu itu!
4. Jujur
Setiap kali ada yang tidak pas dengan penampilan dan keadaanmu, dia akan
menegurmu dengan bijak. Dia berkeinginan agar kamu kelihatan perfect setiap saat.
Dari teguran dan komentar yang diberikan itu ternyata membangun kamu. Kamu boleh
menerima tegurannya dengan hati yang terbuka.
Bagaimana ingin mengenal pasti individu ini..??
 Dia adalah individu yang lurus. Walau bagaimanapun, keterus-terangannya itu tidak  
    menyakitkan hatimu.
 Dia mau menjadi tulang belakangmu.
 Kamu sentiasa merasakan bahawa nasihatnya amat berharga.
 
               Itu semua beberapa tips yang bisa diambil, Begitupula berlaku sebaliknya 
terhadap mereka yang patut dihindari.
 
Walhasil, Allah SWT. telah memberikan rambu-rambunya dalam mencari sahabat.
 Setiap aktifitas yang kita lakukan, tentu punya tujuan, dan sebagai seorang muslim tujuan
hidupnya tidak lain adalah untuk mencari ridha Allah SWT., sehingga ketika mencari
sahabat sejati pun demikian, tentu yang dicari adalah yang bisa saling mengajak kepada
keridhaan Allah SWT. semata, dan bukan mengajak kepada kemurkaan Allah SWT.
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (Masa Jahiliyah) 
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka,
lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-
ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran [3]: 103)
Wallahu alamu bishawab.
 
"Manusia  yang terbaik adalah yang paling banyak membaca,
paling bertakwa, paling sering beramar ma'ruf nahi munkar, dan paling gemar
menjalin hubungan silaturahmi." (Muhammad SAW).